“Terpujilah wahai engkau ibu bapak
guru
Namamu akan selalu hidup dalam
sanubariku,
Engkau pahlawan tanpa tanda jasa”
Salimah Bulungan |
Potongan bait lagu “Terimakasih Guruka” mewakili rasa cinta dan terimakasih
saya kepada semua orang yang berperang dalam perturbation diri, karakter,
pribadi saya, sehingga saat ini saya masih bisa bertahan menghadapi kehidupan
yang tidak mudah dan itu semua berkat guru yang telah tulus berbagi ilmu dan
mengasihi saya.
Sejak saya berumur tujuh tahun, saya telah duduk di kursi dengan pakain
putih merah lengkap dengan sepatu hitam kaos kaki putih, tangan di atas meja
mata tertuju pada sosok yang berdiri menulis huruf demi huruf sambil
bercuap-cuap menjelaskan apa yang ditulisnya, sekali-sekali sosok itu menyuruh
kami maju ke depan untuk membaca tulisan-tulisan hasil goresan tangannya. Masih
sangat terngiang di ingatan saya, setiap hari Jumat pagi, kami berdiri di depan
pintu dan satu persatu memasuki kelas dengan melewati pemeriksaan kebersihan
kuku, siapa yang tidak memotong kuku maka akan mendapat hadiah satu cubitan
yang cukup membuat nyeri. Namun dari sini saya belajar akan pentingnya
kebersihan.
Setiap akhir catur wulan, kami semua pergi berwisata bersama teman lainnya
dengan membawa berbagai macam bekal, dan saling berbagi diantara teman lainnya dan
makan bersama guru-guru kami.
Guru tidak hanya mengajarkan kami menulis, menjumlah, membagi, namun
sosoknya juga mengajrkan kami akan kebersihan, keberanian, kebersamaan, saling
berbagi dan saling menyayangi.
Guru bukan hanya sosok yangmengajarkan kita di sekolah, tapi mereka yang
membagi ilmu, dengan tingkah lakunya kita bisa belajar, dialah guru bagi kita.
Bahkan senyum anak kecil adalah guru yang mengajarkankita akan ketulusan.
Sosok guru TPA yang mengajarkan kita membaca Al Qur’an tidak kalah besar
pengorbanan dan kasih sayangnya terhadap kita, karena merekalah Kitab Allah
bisa kita baca dengan baik dan benar.
Halaqoh, dunia yang baru beberapa tahun ini menghiasi hari-hari saya,
Halaqoh mungkin asing menurut banyak orang, sama seperti penilaian saya
diawal masuk menjadi bagian dari halaqoh. Halaqoh sama halnya dengan sekolah, ada
guru ada murid namun sekolah halaqoh bukan wadah yang formal namun ilmu yang bisa di dapatkan
tidak kalah besar dari ilmu di sekolah formal, halaqoh mengagjarkan tentang ilmu pengetahuan, hubungan
manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk lainnya, hubungan manusia dengan
Allah dan bagaimana menjadi manusia yang bisa menyeimbangkan dunia dan akhirat.
Halaqoh menjadikan hidup lebih hidup, sama halnya seperti Hand phone yang dicash baterainya.
Guru yang mengajarkan dalam halaqoh adalah orang-orang yang begitu besar cintanya
kepada Allah dan sesama, dimana para guru dalam Halaqoh ini dengan ikhlas
meluangkan waktu untuk mengajarkan anak muridanya, anak-anak mereka tinggalkan
di rumah bersama suami atau bahkan pengasuh, waktu istirahat diganti dengan
cuap-cuap, dan janagn berfikir apa yang mereka lakukan akan mendapat balasan
materi yang sama seperti sosok guru yang berdiri bercuap-cua di depan kelas,
tidak sama sekali, guru dalam halaqoh tidak mendapat bayaran sepersen pun,
imbalan yang mereka harapkan hanyalah melihat anak didiknya menjadi sosok yang
berakhlak mulia dan mencintai Allah dan Rasul-Nya, selain cinta dari Allah
tidak ada imbalan yang mereka harapakan.
Sosok guru yang sangat kucintai dalam hidupku setelah
Allah dan rasul-Ku, mereka adalah ayah dan ibu, mereka sosok yang tidak hanya mengajarkan
saya dengan kata-kata, tetapi dengan tingkah laku, mereka memberikan teladan,
mereka mengasihi, mencintai, menyayangiku dengan penuh ketulusan.
Merekalah guru yang pertama menggoreskan tulisan di atas
kertas putih dalam hdiupku, sehingga tidak akan terlupa dan tak tertandingi
dengan sosok guru lainnya.
Ayah ibu mengajariku dengan cinta, dan Rasul-Ku yang
mengajarkan guru saya akan berbagai ilmu, kecintaan, ketulusan, kasih sayang,
Rasulullah guru bagi semua guru, Dialah
yang mengajrkan ilmu Allah kepada semua manusia.
I Love Rasulullah
Engkaulah Guru bagi semua guru
Engkau mengajarkan kami ilmu, cinta, kepatuhan, kasih
sayang, ketulusan.
Engkau mengenalkan kami dengan pencipta kami
Ayah ibu
Guru pertama yang telah menuliskan di atas kertas putih
dalam hidupku
Engkau tidak hanya membekaliku ilmu tapi juga membrikan
teladan dalam hidupku
Murobbiku
Dengan melihat sosokmu saja sudah mengingatkanku akan
ketulusan
Kecintaan pada sesama.
Engkau sosok yang dengan ikhlas menegakan agama Allah
Engkau berjuang tanpa pamrih, cita-citamu hanya cinta-Nya
Allah dan Rasul
Guruku
Sosokmu mengajrkanku mengenal tuilsan, merangkai kata
Membaca Kitab Allah
Engkau mengajarkanku kebersamaan, tanggung jawab,
disiplin.
Semoga Allah membalas pengorbanan engkau wahai sosok yang
meluangkan waktu, tenaga untuk orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar