Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قاَمَ لَيْلَةُ الْقَدَرِ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang mengerjakan qiyamullail pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimi...
n rahimahullah berkata:
“Siapa saja yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala, PASTI akan mendapatkan ganjarannya, baik dia mengetahui bahwa malam itu (adalah) lailatul qadar atau tidak, meskipun seandainya orang itu tidak mengetahui tanda-tandanya, atau tidak waspada dengannya dikarenakan tertidur atau sebab lain, akan tetapi dia TELAH MENGERJAKAN QIYAMULLAIL DENGAN PENUH IMAN DAN MENGHARAP PAHALA. Maka Allah PASTI akan mengampuni dosanya yang telah lalu.
Syaikh rahimahullah juga berkata
“Ketetapan ganjaran lailatul qadar bisa diraih oleh orang yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala, BAIK IA MENGETAHUINYA ATAU TIDAK, karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan qiyamullail pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ’alaihi)
Dan beliau tidak menyebutkan, apabila dia mengetahui maka ia mendapatkannya.
Maka, tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala lailatul qadar, seseorang itu harus mengetahui dengan pasti malam itu. Akan tetapi kita katakan, barangsiapa YANG MENGERJAKAN QIYAMULLAIL PADA SEPULUH TERAKHIR BULAN RAMADHAN SELURUHNYA, maka kami tegaskan bahwa dia pasti mendapatkan malam lailatul qadar, baik dipermulaan sepuluh hari terakhir, pertengahan, atau di akhirnya. Dan hanya Allah-lah maha pemberi taufik.
Syaikh Masyhur bin Hasan Salman hafizhahullah mengatakan:
“Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadr itu banyak sekali, jarang yang bisa selamat kecuali yang dipelihara Allah. Di antara kesalahan-kesalahan itu adalah: Sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya.” (Majalah As-Sunnah Th XIV, Ramadhan-Syawal 1431 H, Agustus-September 2010 M)
Syaikh juga menjelaskan:
“Sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya. Sibuk mengamati tanda-tanda lailatur qadr, sehingga meninggalkan ibadah ataupun perbuatan taat pada malam itu. Betapa banyak orang-orang lupa membaca Al-Qur’an, dzikir dan lupa mencari ilmu karena sibuk mengamati tanda-tanda lailatul qadr. Menjelang matahari terbit, terkadang kita dapati ada yang sibuk memperhatikan dan mengamati matahari untuk mencari tahu, apakah sinar matahari pagi ini terik ataukah tidak. Mestinya orang-orang ini memperhatikan pesan Rasulullah saw dalam sabda beliau:
“Semoga (dengan dirahasiakannya waktu lailatul qadr itu) menjadi lebih baik bagi kalian” (HR. Bukhari)
Dalam hadits ini, terdapat isyarat bahwa malam itu tidak ditentukan waktu pastinya.
Dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, para ulama menyimpulkan bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar (adalah) lebih baik. Mereka mengatakan: “Hikmahnya, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal PADA SELURUH MALAM dengan harapan ada yang bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qodar itu telah dipastikan waktunya, maka tentu kesungguhan dalam beramal hanya akan ada dan akan dipompa pada satu malam itu saja. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan berlalu begitu saja atau minimalnya amal ibadahnya menurun. Bahkan sebagian ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, yaitu sebaiknya ORANG YANG MENGETAHUI lailatul qadar itu MENYEMBUNYIKANNYA, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentaqdirkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam UNTUK TIDAK MEMBERITAKANNYA. Dan semua kebaikan ada pada sesuatu yang telah ditaqdirkan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga kita DISUNNAHKAN untuk mengikutinya.”
“Siapa saja yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala, PASTI akan mendapatkan ganjarannya, baik dia mengetahui bahwa malam itu (adalah) lailatul qadar atau tidak, meskipun seandainya orang itu tidak mengetahui tanda-tandanya, atau tidak waspada dengannya dikarenakan tertidur atau sebab lain, akan tetapi dia TELAH MENGERJAKAN QIYAMULLAIL DENGAN PENUH IMAN DAN MENGHARAP PAHALA. Maka Allah PASTI akan mengampuni dosanya yang telah lalu.
Syaikh rahimahullah juga berkata
“Ketetapan ganjaran lailatul qadar bisa diraih oleh orang yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala, BAIK IA MENGETAHUINYA ATAU TIDAK, karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan qiyamullail pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ’alaihi)
Dan beliau tidak menyebutkan, apabila dia mengetahui maka ia mendapatkannya.
Maka, tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala lailatul qadar, seseorang itu harus mengetahui dengan pasti malam itu. Akan tetapi kita katakan, barangsiapa YANG MENGERJAKAN QIYAMULLAIL PADA SEPULUH TERAKHIR BULAN RAMADHAN SELURUHNYA, maka kami tegaskan bahwa dia pasti mendapatkan malam lailatul qadar, baik dipermulaan sepuluh hari terakhir, pertengahan, atau di akhirnya. Dan hanya Allah-lah maha pemberi taufik.
Syaikh Masyhur bin Hasan Salman hafizhahullah mengatakan:
“Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadr itu banyak sekali, jarang yang bisa selamat kecuali yang dipelihara Allah. Di antara kesalahan-kesalahan itu adalah: Sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya.” (Majalah As-Sunnah Th XIV, Ramadhan-Syawal 1431 H, Agustus-September 2010 M)
Syaikh juga menjelaskan:
“Sibuk mencari dan menyelidiki keberadaannya. Sibuk mengamati tanda-tanda lailatur qadr, sehingga meninggalkan ibadah ataupun perbuatan taat pada malam itu. Betapa banyak orang-orang lupa membaca Al-Qur’an, dzikir dan lupa mencari ilmu karena sibuk mengamati tanda-tanda lailatul qadr. Menjelang matahari terbit, terkadang kita dapati ada yang sibuk memperhatikan dan mengamati matahari untuk mencari tahu, apakah sinar matahari pagi ini terik ataukah tidak. Mestinya orang-orang ini memperhatikan pesan Rasulullah saw dalam sabda beliau:
“Semoga (dengan dirahasiakannya waktu lailatul qadr itu) menjadi lebih baik bagi kalian” (HR. Bukhari)
Dalam hadits ini, terdapat isyarat bahwa malam itu tidak ditentukan waktu pastinya.
Dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, para ulama menyimpulkan bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar (adalah) lebih baik. Mereka mengatakan: “Hikmahnya, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal PADA SELURUH MALAM dengan harapan ada yang bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qodar itu telah dipastikan waktunya, maka tentu kesungguhan dalam beramal hanya akan ada dan akan dipompa pada satu malam itu saja. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan berlalu begitu saja atau minimalnya amal ibadahnya menurun. Bahkan sebagian ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, yaitu sebaiknya ORANG YANG MENGETAHUI lailatul qadar itu MENYEMBUNYIKANNYA, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentaqdirkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam UNTUK TIDAK MEMBERITAKANNYA. Dan semua kebaikan ada pada sesuatu yang telah ditaqdirkan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga kita DISUNNAHKAN untuk mengikutinya.”
0 komentar:
Posting Komentar